‘’Lebih baik mengawali karier dengan karya original yang buruk
daripada plagiat kesempurnaan’’ — Rhenald Kasali, ‘’Orang Hebat
Plagiatisme’’ (Kompas, 2010)
‘’Kini ada generasi mahasiswa yang tumbuh
dengan informasi yang tampaknya terhampar di jagat siber’’— Ninok Leksono, ‘’Apakah
Copy and Paste Musuh Berfikir’’ (Kompas, 2010)
Bangsa yang seharusnya kita jaga dan
rawat sebaik-baiknya – sebagai warisan dari pahlawan-pahlawan kemerdekaan –
dengan mengedepankan peran-peran positif demi tercapainya kemakmuran
penduduknya, namun di dalamnya masih banyak penjahat-penjahat kelas kakap.
Penjahat ini tidak hanya anak-anak muda yang tidak tau diri, yang merampas hak
orang lain di dalam perjalanan, misalnya.
Namun tidak sedikit pula penjahat kakap itu mereka yang bernaung di pemerintahan (koruptor), atau juga penjahat yang tak kalah meresahkan negeri ini, yaitu penjahat kakap akademisi (plagiator). Penjahat-penjahat itu lah yang jika tidak segera diberantas di muka bumi pertiwi ini akan terus menggerus proses menuju kemakmuran bangsa yang diidamkan. Terlebih penjahat kakap yang ketiga – penjahat kakap kaum akademisi atau plagiator – yang meskinya menjadi titik tumpu pembaharu dan kemajuan negeri, namun justru melemahkannya dengan kepesimisan integritas pribadinya untuk menciptakan keorisinilan cara berpikir.
Namun tidak sedikit pula penjahat kakap itu mereka yang bernaung di pemerintahan (koruptor), atau juga penjahat yang tak kalah meresahkan negeri ini, yaitu penjahat kakap akademisi (plagiator). Penjahat-penjahat itu lah yang jika tidak segera diberantas di muka bumi pertiwi ini akan terus menggerus proses menuju kemakmuran bangsa yang diidamkan. Terlebih penjahat kakap yang ketiga – penjahat kakap kaum akademisi atau plagiator – yang meskinya menjadi titik tumpu pembaharu dan kemajuan negeri, namun justru melemahkannya dengan kepesimisan integritas pribadinya untuk menciptakan keorisinilan cara berpikir.
Penjahat yang terakhir saya sebutkan ini
(plagiator) – bagi saya pribadi – adalah mereka orang-orang yang tidak mau
berfikir keras, dan biasanya orang yang kurang minatnya dalam membaca, sehingga
ketika ada peluang untuk dirinya memiliki jabatan, dengan persyaratan
mengajukan karya pribadinya, maka kemudian mereka melewatinya dengan jalan pintas yang sungguh sama sekali tidak
pantas, yaitu copy paste atau plagiarisme. Mereka sungguh tidak mau
belajar dari hal yang kecil, dan hanya menginginkan jalan-jalan yang sepintas
menggiurkan fikirannya, namun di sisi lain sangat berdampak negatif bagi diri
dan bangsa yang besar ini.
Yang lebih merobek hati, pelaku
plagiarisme tesebut bukan hanya kalangan pelajar atau mahasiswa – yang posisi
mereka terhampar di atas majunya teknologi, karena salahnya memposisikan
teknologi itu – namun justru dilakukan juga oleh para pendidik yang meskinya
memberi contoh terbaik bagi didikannya.
Fenomena akut ini harus secapatnya kita
hilangkan, karena jika terus-terusan dibiarkan, akan menjadi kebiasaan yang
sangat buruk bagi negeri ini, akan menciutnya mental kaum akademisi, dan juga
akan surutnya kreasi, serta mengecilnya pengembangan berfikir mereka dalam
menuntun negeri ini menjadi negeri yang dihormati oleh negeri-negeri lain. (1)
Yang jelas, untuk tertanam dan terawatnya
jiwa bangsa yang baik, kita harus membasmi plagiarisme yang cukup menyedihkan
itu, dan membendung jangan sampai menular di sekujur tubuh bangsa, khusunya
pada kaum akademisi. Dengan memaksimalkan peran akal dalam befikir, memperkaya
bacaan, dan meningkatkan integritas diri setiap insan indonesia – khususnya
pelajar – agar selalu mengembangkan dan menginovasikan daya pikir demi terciptanya
pendidikan yang akan mengantar bangsa menuju ranah bangsa berpendidikan, dan
tidak terjebak dalam lubang plagiarisme yang meresahkan, maka palgiarisme akan
mudah untuk dikikiskan di bumi pertiwi ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar