‘’Rasanya sulit menumbuhkan kekuatan
pikiran dan hati kita kalau kita sendiri sudah membatasi diri kita dengan
banyak ‘’tapi’’. Akan selalu ada alasan kalau kita fokus pada kalimat di
belakang kata ‘’tapi’’.’’
Mengiringkan
alasan negatif untuk tidak melaksanakan hal positif dalam beberapa
tindak-tanduk kehidupan—sering dijadikan sebagai kebiasaan yang
berakibat fatal bagi orang-orang yang memiliki watak pemalas dan tidak mau
bekerja keras. Yang meskinya—alasan-alasan negatif yang ada—harus dibunuh, atau
diminimalisir agar kita mampu menghargai diri sendiri, dengan kemudian melaksanaan
hal-hal positif (setelah terbunuhnya alasan-alasan) yang dapat memberi dampak
positif bagi keberlangsungan hidup manusia lainnya.
Berbicara mengenai ‘’hal-hal positif’’,
banyak hal yang bisa kita aktualkan dan sumbangkan untuk negeri kita ini. Kita
semua pasti diberikan oleh Allah SWT. potensi-potensi yang sangat besar,
potensi yang jika kita gali akan berdampak membaiknya kehidupan bangsa dari
keadaan sebelumnya. Seperti halnya yang disebutkan dalam tulisannya Butet
Manurung (Kompas, Selasa, 3 November 2015), bahwa sukarela (baca: hal
positif) bisa di lakukan di hutan, di dunia politik, atau di dunia perang, atau
bahkan di mana pun. Yang perlu ditekankan—perhatikan dan gali sedalam-dalamnya
potensi apa yang kita miliki dan geluti, serta kemudian kita aksikan dalam
hal-hal positif serta bermanfaat bagi kehidupan orang banyak.
Salah satu hal positif itu telah
dipraktikan dengan sempurna oleh Sang Volenter hebat, Butet Manurung.
Dia telah berhasil menaklukkan hal-hal yang sepertinya akan membuatnya
lemah untuk menjadi pahlawan tanpa tanda jasa bagi anak-anak yang bermukim di
hutan dan tidak terjamah oleh petinggi negeri. Seperti beberapa pertanyaan yang
dilontarkan padanya, yang mencoba membunuh semangatnya. Namun tetap membuatnya
tegar untuk terus mengabdi di kehidupan belantara, serta mengaktualkan potensi
yang dimilikinya sebagi jebolan perguruan tinggi, yaitu mentransfer
tetesan-tetesan ilmu untuk anak-anak yang sempat tidak diperhatikan oleh
pemerintah.
Saya pribadi sangat terkagum-kagum dengan
pribadi seorang Butet Marunung, dengan beraninya untuk mengabdi sebagai
pahlawan volunter di dunia hutan, yang bisa dikatakan jauh dari keamanan.
Dengan dirinya juga sebagai seorang perempuan—tidak pernah takut akan binatang buas, malaria,
atau kemungkinan-kemungkinan negatif lain yang dapat mengancamnya. Dan tentunya—saya berkomentar
setuju atas apa tindakkannya yang begitu diluar kebiasaan orang pada umumnya.
Yang
menjadi titik penting bahwa, untuk merubah keadaan bangsa yang masih
carut-marut ini menjadi lebih baik—tidak harus menunggu uluran tangan
pejabat-pejabat tinggi yang hampir mustahil mengulurkannya. Namun mulailah dari
diri kita, memulailah dengan memaksimalkan dan mengaktualkan
peran potensi yang ada pada setiap kita saat ini, serta mensinergikannya dengan
semangat tinggi untuk mewujudkan bangsa yang dihormati, maka insya Allah
perubahan untuk menjadi negeri yang lebih baik, atau bahkan menjadi negeri terbaik—akan mudah dan
gampang untuk tercapai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar